Selasa, 02 Februari 2010

Mampu Berkembang Biak Tanpa Pejantan

Mampu Berkembang Biak Tanpa Pejantan

Jumat, 02 Oktober 2009

Tokek termasuk kategori kadal yang tergolong suku Gekkonidae. Hewan itu bisa ditemukan di daerah-daerah bersuhu hangat di seluruh dunia. Kadal yang satu ini cukup unik jika dibandingkan dengan kadal-kadal lainnya dalam keluarga yang sama.

Keunikan terutama terletak pada suaranya. Tok… kek… begitu suara yang kerap dikeluarkan tokek ketika berinteraksi dengan tokek-tokek lainnya. Itulah sebabnya hewan itu dipanggil tokek, téko atau tekék (bahasa Jawa), dan tokék (bahasa Sunda).

Di dunia, diperkirakan ada sekitar dua ribu spesies tokek. Hewan itu tersebar luas, mulai dari India timur, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Tiongkok selatan dan timur, Thailand, Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di sekitarnya, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Flores, Timor, Aru, hingga Kepulauan Filipina.

Semua tokek, termasuk kadal suku Eublepharinae, tidak memunyai kelopak mata dan membran transparan.

Tokek membersihkan kelopak mata dan membran transparannya dengan cara menjilat. Beberapa spesies akan mengeluarkan bau busuk dan kotoran kepada penyerangnya sebagai bentuk pertahanan diri.

Banyak pula spesies yang akan memutuskan ekor untuk melindungi diri. Proses itu disebut autotomi. Sebagian besar spesies tokek dikenal ahli memanjat permukaan halus dan vertikal, yang dibantu oleh tapak kaki mereka yang khusus.

Karena itulah hewan-hewan itu banyak ditemukan di dinding-dinding rumah dan tidak dianggap sebagai pengganggu karena kebiasaan mereka memakan serangga, seperti nyamuk.

Tokek Delcourt diketahui sebagai tokek yang tubuhnya berukuran paling besar. Hal itu diketahui dari sebuah spesimen yang ditemukan di dasar museum Marseille, Prancis. Ukuran tubuh tokek yang berasal dari Selandia Baru itu mencapai 60 sentimeter. Kini, tokek itu sudah punah.

Tokek dengan ukuran tubuh terkecil berasal dari jenis Jaragua sphaero. Panjang tubuhnya hanya sekitar 16 milimeter. Hewan itu ditemukan pada 2001 di sebuah pulau kecil di Republik Dominika.

Tokek yang paling mudah dan sering kita temukan adalah jenis tokek rumah. Hewan itu memangsa berbagai serangga, cecak, tikus kecil, dan mungkin juga burung kecil.

Seperti cecak, tokek aktif berburu terutama pada malam hari. Terkadang tokek turun pula ke tanah untuk mengejar mangsanya.

Pada siang hari, tokek bersembunyi di lubang-lubang kayu, lubang batu, atau di sela-sela atap rumah.

Tokek melekatkan telurnya yang biasanya sepasang dan saling berlekatan di celah-celah lubang pohon, retakan batu, di belakang almari, dan di bawah atap rumah.

Tempat bertelur itu kerap digunakan pula oleh beberapa tokek secara bersama-sama. Telur menetas setelah lebih dari dua bulan.

Tokek memunyai variasi warna dan corak yang beraneka ragam. Beberapa hewan bercorak lembut dan terlihat kenyal, sedangkan yang lain berwarna mencolok.

Beberapa spesies juga bisa mengganti warna untuk membaur dengan lingkungan atau bergantung pada temperatur udara.

Uniknya lagi, beberapa spesies bisa bereproduksi tanpa pejantan.
Meski bukan termasuk hewan buas, tokek tetap harus diwaspadai karena apabila dipegang, tokek otomatis akan membuka mulut, siap menggigit penangkapnya.

Gigitannya sangat kuat, otot-otot rahangnya seakan mengunci sehingga muncul pemeo bahwa gigitan tokek tidak akan dapat lepas kecuali jika ada petir menyambar.

Ada cara yang mudah untuk menipu tokek agar hewan itu tidak menggigit saat ditangkap.

Letakkan sesuatu yang agak lunak di mulutnya yang terbuka, seperti sepotong ranting atau perca kain yang dilipat-lipat yang tidak mudah putus.

Tokek akan menggigitnya dengan sekuat tenaga sehingga si penangkap aman untuk mengamati, memeriksa, dan mengukur hewan itu.

Tokek tidak akan melepaskan barang itu selama ia masih dipegang orang; namun manakala dibebaskan, tokek akan segera melepaskan benda yang digigitnya itu dan berlari meninggalkannya.
(not/L-2)

sumber : koran jakarta.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar